Berbagai Macam Tarian Tradisional Indonesia – Tarian di Indonesia (Bahasa Indonesia: Tarian Indonesia) mencerminkan keberagaman suku dan budaya negara tersebut. Ada lebih dari 1.300 kelompok etnis di Indonesia.[1] Akar Austronesia dan bentuk suku Melanesia terlihat jelas, dan pengaruh mulai dari gaya tetangga Asia dan bahkan gaya barat hingga penjajahan. Setiap suku bangsa mempunyai tariannya masing-masing: terdapat lebih dari 3.000 bentuk tarian asli di Indonesia. Tradisi lama tari dan drama dilestarikan di berbagai sekolah tari yang berkembang tidak hanya di istana tetapi juga di akademi seni modern yang dikelola atau diawasi oleh pemerintah.[2]
Untuk keperluan klasifikasi, tarian Indonesia dapat dibagi menurut beberapa aspek. Dalam aspek sejarah dapat dibedakan menjadi tiga zaman; zaman suku prasejarah, zaman Hindu-Budha, dan zaman Islam. Menurut pendukungnya, ini dapat dibagi menjadi dua genre; tari istana dan tari rakyat. Dalam tradisinya, tarian Indonesia dapat dibedakan menjadi dua jenis; tari tradisional dan tari kontemporer. www.creeksidelandsinn.com
UNESCO mengumumkan tarian tradisional Saman dari provinsi Aceh sebagai Warisan Budaya Tak Benda dunia pada 19 November 2011, di Bali. Tarian Saman memiliki keunikan karena gerakannya yang cepat dan keharmonisan antar penari.[3]
Pada tanggal 2 Desember 2015 UNESCO juga mengumumkan Tiga Genre tarian tradisional Bali dari provinsi Bali sebagai Warisan Budaya Takbenda dunia.[4]
Tarian rakyat
Tarian di Indonesia menunjukkan kompleksitas sosial dan stratifikasi sosial masyarakatnya, seringkali mencerminkan kelas sosial dan juga derajat kehalusannya. Menurut pelindungnya, tari rakyat dikembangkan dan dibina oleh masyarakat umum, baik di desa maupun di kota, berbeda dengan tari keraton yang dikembangkan melalui patronase kerajaan.

Tarian rakyat Indonesia seringkali relatif bebas dari aturan atau disiplin yang ketat, meskipun gaya gerak tubuh, pose, dan gerakan tertentu masih dipertahankan. Tarian rakyat jelata lebih mementingkan fungsi sosial dan nilai hiburan dibandingkan ritual.
Ronggeng Jawa dan Jaipongan Sunda adalah contoh bagus dari tradisi tarian rakyat yang umum ini. Keduanya merupakan tari pergaulan yang lebih bersifat hiburan dibandingkan ritual. Seringkali tarian ini menampilkan gerakan-gerakan yang dianggap tidak pantas dalam tarian istana yang halus, akibatnya tarian rakyat biasa sering disalahartikan sebagai terlalu erotis atau bahkan terlalu kasar untuk standar istana. Namun tradisi ini masih hidup dan berkembang di Indonesia masa kini karena populer dan didukung oleh masyarakatnya. Tarian rakyat tradisional tertentu telah dikembangkan menjadi tari massal dengan langkah dan gerak yang sederhana namun terstruktur, seperti tari Poco-poco dari Minahasa Sulawesi Utara, dan tari Sajojo dari Papua.
Tarian tradisional

Tradisi tari di Indonesia; seperti tarian tradisi Bali, Jawa, Sunda, Minangkabau, Palembang, Melayu, Aceh dan masih banyak lainnya yang merupakan tradisi kuno, namun juga merupakan tradisi yang hidup dan dinamis. Tarian tradisional tertentu mungkin berusia berabad-abad, sementara beberapa tarian lainnya mungkin baru diciptakan kurang dari satu dekade yang lalu.
Penciptaan koreografi tari yang baru namun tetap dalam bingkai tradisi dan disiplin tari yang dihormati masih dimungkinkan. Hasilnya adalah beberapa tarian kreasi baru. Tarian baru dapat berupa penemuan kembali dan kebangkitan tradisi lama yang hilang atau interpretasi baru, inspirasi dan eksplorasi tari tradisional.
Sekolah-sekolah Seni di Indonesia seperti Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) di Bandung, Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di Jakarta, Institut Seni Indonesia (ISI/Institut Seni Indonesia) di Denpasar, Yogyakarta, dan Surakarta semuanya membina dan menyemangati siswanya. untuk mengeksplorasi tradisi tari di Indonesia.